Biasa menjadi Spesial


Sebuah ingatan yang ada di pikiran bisa melintasi waktu.  Menembus tiap-tiap lapisnya dan merobek dinding yang menebal karena pengaruh realita mengubur hampir keseluruhan imajinasi yang sempat ada.  Ingatan itu pula yang membawa saya dalam masa ketika masih menginjak kelas 1-2 SMP.  Ada satu bagian yang cukup unik di situ.  Ya, cukup unik hingga mungkin bisa di ambil hikmah dari pengalaman ini.

Waktu itu saya terpilih menjadi salah satu pengurus OSIS tepatnya ketua Seksi Bidang (Sekbid) VIII yang membawahi bidang berkaitan dengan kesenian.  Semua hal yang berbau seni masuk di bidang ini.  Semisal even lomba musik, urusan dekorasi panggung dan sebagainya.  Saya sempat bingung memilih anggota tim, karena sekbid yang lain rata-rata sudah memilih teman-teman yang aktif di berbagai ekstrakulikuler yang sejenis. 


Dengan keterbatasan saya pada bakat seni ini, saya mencoba me-lobby beberapa teman "biasa" artinya mereka tidak teralu aktif tapi spesialis di bidangnya.  Saya tahu itu ketika berbicara langsung dengan mereka, melihat kelakuannya sehari-hari ataupun hanya sekedar feeling saya saja.

Hingga akhirnya, di batas akhir pengumpulan nama-nama anggota, muncullah nama-nama teman saya tadi yang notabene tidak terkenal sama sekali dan mungkin belum mempunyai pengalaman organisasi sebelumnya.  Saya merasa yakin sekali atas kemampuan anggota tim saya waktu itu.

Program kerja perdana dimulai yaitu perintah untuk mendekorasi panggung untuk acara halal bihalal para Guru dan undangan.  Jujur saya tidak terpikir apa-apa tentang even ini.  Tapi lalu saya diskusi dengan tim saya.  Tiba-tiba esoknya muncullah ide segera, spesialis menggambar langsung buat sketsa di selembar kertas, di warna sedikit lalu di berikan kepada saya.  Takjub, itulah apa yang saya rasakan saat itu, dengan huruf dan warna serasi tulisan itu seperti hidup.  Dengan berbekal sketsa itu mulailah kami semua bekerja.  Ada yang tanpa di komando sudah beli peralatannya, hingga persiapan lainnya.  Kami mulai membuat huruf demi huruf yang berbahan styrofoam hingga mewarna sesuai yang kami inginkan.  Saya ingat, mereka bukanlah orang-orang yang pernah berorganisasi sebelumnya tapi satu hal karena mereka semangat dan spesial di bidangnya masing-masing.

Saat pemasangannya pun kami punya teknik tersendiri yaitu seolah tulisan ada di depan panggung, yang biasanya tulisan itu menempel di backdrop di bagian dalam panggung.  Kami memasangnya pada beberapa tali tipis kuat yang terpasang memanjang sehingga para penonton tidak tahu tulisan itu di kaitkan kemana.  Seoalah melayang.  Saat itulah sang pemberi tugas dekorasi memberi pujian kepada hasil kerja kami.  Pujian itu saya sampaikan kepada anggota tim dan mereka sangat puas dengan hasil kerjanya.  Sejak saat itu kami selalu bekerja sama dalam even-even selanjutnya, saya hanya mengatur tugas mereka dan mereka melakukan kerjanya dengan bagus sekali hingga seluruh program kerja selama masa bakti dapat terlaksana 100%.

Meski saya sempat bingung dalam memilih anggota tim, akhirnya saya bisa memilih dari beberapa orang yang punya spesifikasi yang saya butuhkan.  Meski saya terbatas dalam hal seni tapi itu bukan alasan untuk tidak berbuat lebih baik.  Meski saya hanya mengatur pembagian tugas dan sebagainya, untuk menjadi seorang pemimpin saya cukup berhasil.  Anggota tim adalah aset kita yang harus di hargai dan diberikan sesuatu yang menguntungkan juga buat mereka.

Sejenak saya tersadar kembali ke realita saat ini.  Ada pertanyaan baru di benak saya, "bila saya dulu ketika SMP bisa menjadi pemimpin yang baik, seharusnya saat ini saya pun bisa menjadi pemimpin yang baik malah harus jauh lebih baik dari yang dulu kan ?" bukan dalam hal hasil tapi proses ketika kita memilih tim, berpikir dan bekerja dengan mereka hingga meraih tujuan yang sama dengan mereka tanpa harus bisa semua pekerjaan tapi bisa mengoptimalkan kerja setiap anggota tim dan menghargainya.

+FaRiz+

1 komentar:

  1. Aku pernah membaca "Leadership is not position but a choice"......... sebuah pengalaman nyata memimpin menjadi nilai tersendiri dalam kehidupan ini. Memilih untuk memimpin adalah modal dasar yang kuat untuk menanamkan rasa memiliki tujuan yang sama pada anggotanya sehingga memunculkan potensi terdalam dari masing-masing anggota dan diikat oleh rasa penghargaan yang pantas.....maka sesulit apapun tantangan di depan pasti mampu untuk ditaklukan.....
    Good Job Boy, you know you can......

    BalasHapus