
Ketika duduk di meja belajar dan baca-baca buku ilmiah yang membosankan tiba-tiba terpikir sebuah kisah yang pernah ada dan sempat terlupakan. Akhirnya saya coba tuangkan dalam tulisan ini.
Beberapa tahun yang lalu ada seorang remaja yang merasa “terpaksa” membantu pekerjaan orang tuanya. Disaat kebanyakan temannya sedang gegap gempita merayakan kelulusan SMA dan sedang sibuk-sibuknya mendaftar ke universitas-unversitas favorit mereka atau menyiapkan segala sesuatunya untuk merubah status yang sebelumnya pelajar menjadi status yang bergengsi yaitu “mahasiswa” hingga kepuasan karena sudah bisa di anggap “dewasa” yang artinya berhak menentukan pilihannya sendiri, tapi seorang remaja itu masih terjebak di suatu tempat, masih harus menjalani yang bukan pilihannya, dan masih belum jelas statusnya. Di sebuah warung nasi yang berada di dalam sebuah pasar besar di kota kelahirannya, ditempat ratusan juta rupiah uang berputar dalam suatu transaksi di tiap harinya, di tempat berbagai etnis mencoba mencari rizeki dengan berjualan dan tempat berbagai macam barang mulai dari yang asli sampai yang tidak tahu asal muasalnya. Ya, remaja itu sedang di Pasar Besar, membantu orang tuanya berjualan di sebuah warung nasi.