Menunggu..................

Deru suara yang keras membangunkan aku, dan aku sejenak melihat di sisi kananku.. bentangan luas menghijau-biru melintas cepat di bawahku. Tampak asing bagiku sesaat melihat pesona yang tidak aku pernah lihat sebelumnya, aku lihat jam di pergelangan kiriku menunjukan angka 9 dan angka 1 untuk masing-masing jarumnya. Perlahan aku hirup dalam-dalam oksigen untuk masuk dalam paru-paruku dan sekejap air segar mengalir dari kelopak mataku.

Suara yang tak tampak asing terdengar mendekatiku sekali lagi menawarkan minuman untukku, tapi aku sedang tidak berminat untuk meneguk air, rupanya tekanan udara sudah membuat organ perutku gelisah tidak nyaman.


Baru 15 menit aku tertidur namun terasa lama, inikah rasanya melawan hukum alam temuan isaac newton tentang gravitasi. Ini adalah penerbangan pertamaku menuju tempat yang seumur ini tidak pernah aku kunjungi, sesekali aku melihat ke bawah melalui jendela kaca di sisiku, pemandangan permadani hijau yang berpadu dengan warna air yang membiru..sedikit menyegarkan mataku untuk sesaat sambil aku membayangkan seperti apa Kota Batam itu.

Hasil bujukanku atas kedua orang tuaku untuk mengijinkan aku merantau mencari peruntungan, setelah di tempat kerjaku yang sebelumnya habis dilalap api dan tak lama kemudian aku mengundurkan diri. Tercetuslah kota Batam yang akan menjadi pijakan pertama petualanganku. Aku akan mencari kerja baru di sana, kota di atas pulau yang asing, beberapa kilometer saja dengan negara tetangga Singapore dan aku tak pernah tahu sebelumnya namun entah mengapa begitu memikat mengundangku mendekat ke arahnya seperti seolah aku berhutang padanya untuk dikunjungi. Spekulasi kelas berat perdana dalam hidupku telah aku tuliskan dalam sejarah pribadiku, taruhannya berat........ aku tidak punya keluarga atau relasi, pekerjaan di sana, ataupun kepastian hidup nyaman. Kubawa modal satu-satunya harapanku yakni beberapa bendel surat kelulusanku yang sementara dan segenggam harapan di benakku. Aku berhasil atau tidak aku serahkan pada alam, aku akan segera tahu seberapa lama aku akan bertahan.

Ku dorong troli barangku menuju keluar bandara, teks berjalan berbaris pasti di atas pintu keluar "MINGGU 11 FEBUARI 2007-10.45 SELAMAT DATANG DI KOTA BATAM" Sekali lagi kumasukan senyawa oksigen ke dalam dadaku dengan perlahan dan bebisik dalam hati "now I am here".

Laju jalan taksi ka tujuan yang aku minta, semakin membuat denyut jantungku memompa darah begitu pasat ke seluruh tubuhku sedikit membuatku gugup tanpa tanya, suara musik radio bernada melayu mengalun syahdu mengiringi perjalananku yang tak lama kemudian menandai bahwa aku telah tiba di alamat yang aku tuju. Bertanya-tanya namun yakin inilah Jln. Sei Panas-Bengkong, tempatku berteduh sementara... sepanas namanya dengan ciri khas warna tanah yang putih mengkilat semakin membuat terik matahari terasa menyengat.

Aku berjabat tangan sambil memperkenalkan diriku pada sosok tua dan tegap berkacamata tebal di kedua matanya, beliaulah pemilik kos yang mengantarkan aku pada kamar yang telah aku pesan 2 minggu sebelumnya lewat telepon. Setelah transaksi pembayaran selesei, aku meminta diri untuk beristirahat. Namun kali ini untuk sementara aku harus istirahat di atas lantai karena pemilik kos hanya menyediakan kamar 3x3 tanpa ada apapun di dalamnya termasuk karpet. "okey rencana pertama hari ini setalah aku istirahat adalah mencari kasur untuk dibeli" kataku dalam hati dengan sedikit tertawa geli sambil merubah catatan rencana keuanganku, karena tidak tercantum di sana sebelumnya anggaran membeli kasur.


Hari berganti hari dengan masih penuh harapan sabar aku memasukan berkas lamaran yang telah aku print sebelumnya ke masing-masing 10 amplop yang berbeda dengan rincian yang telah aku susun sebelumnya, lima berbahasa Indonesia dan lima berbahasa inggris dan dengan 10 alamat tujuan perusahaan yang berbeda tentunya. Tanpa terasa sudah dua gelombang aku mengerjakan surat lamaran ini dimana tiap gelombang aku mengirimkan 7-10 lamaran dan hasilnya tetap sama, kabar yang hanya aku dapat adalah tidak ada kabar atau belum diterima. Aku mengandalakan metode berbeda untuk mengirikan surat lamaran, aku tidak menggunakan jasapos untuk melakukannya.. ya akulah yang mengantarkan sendiri surat lamaran tersebut supaya aman, jadi dalam sehari aku bisa berkunjung ke 4-5 tempat berbeda dalam sehari, namun dalam 2 hari dalam seminggu aku memiliki agenda mengantar surat lamaran. Kadang 5 dari puluhan lamaran lainya masuk dan mengantarkan aku pada tes seleksi namun selanjutnya tidak ada kabar yang pasti.

Sudah sebulan lebih aku di kota ini, namun masih juga belum menampakkan hasil tentang kabar posistif diterimanya bekerja, bulan april 2007 adalah bulan paling berat yang pernah aku lalui sebelumnya, uangku menipis, dan aku harus tetap bayar kos bulan ini namun aku bingung bagaimana aku harus membayarnya, baru satu minggu yang lalu aku pinjam uang pada bibi dan adikku untuk memperpanjang nafas namun segera habis untuk biaya produksi surat berkas lamaran dan transportasi, mana mungkin aku pinjam uang lagi. Muncul ide dalam benakku yang sudah terhimpit dengan perihal bertahan hidup. Aku mengajak salah satu temanku untuk berbagi kamar, setidaknya aku bisa membayar setengahnya, beruntungnya aku dia bersedia dan problema mengenai tempat tinggal terpecahkan.

Satu masalah lagi menunggu, selama jantung ini berdetak maka butuh bahan bakar untuk mengisi perutku… aneh tapi nyata mau tidak mau aku harus memperhitungkan pengeluaranku dengan tepat. Untung Tuhan menginspirasikan manusia untuk menciptakan mie instan dan itulah ransum utamaku selama 6 minggu ke depan tiap harinya.

Hanya makan mie instan membuat badanku terasa aneh dan menjadikanku demam semalaman, jelas aku sakit tanpa adanya makanan yang bernutrisi. Semakin diperparah dengan nyamuk buas penghuni kota ini yang tak kenal ampun mengeroyokku di tengah malam, maka kenalah aku dengan gejala demam berdarah. Aku yakin karena salah satu penghuni kos telah dibawa ke rumah sakit karena penyakit yang sama. 2 malam panasku tidak turun dan 3 hari aku tidak mandi dan 2 minggu aku tidak keliling menyebar surat lamaran. Kini masa orientasiku dengan kota baru ini telah lengkap, kehabisan uang, belum bekerja selama 2 setengah bulan, dan sakit pula.

Aku tidak ingin ke dokter karena kata temanku yang pernah mencicipi periksa dokter di kota ini luar biasa mahal harganya, maka obat kualitas warung yang aku andalkan dan ucapan doa, tanpa sadar air mataku meleleh aku mengatakan “bila aku sembuh dalam waktu lebih 3 hari ini maka waktuku hanya sampai akhir bulan ini saja di kota ini dan pulang ke jawa dengan rasa malu, dan bila aku bisa sembuh besok hari maka aku akan mengantar lamaran untuk terakhir kalinya dan pulang di pertengahan bulan depan bila aku tetap tidak diterima.”

Ajaib….. esoknya badanku membaik, obat kualitas warung memang tepat guna bagi yang membutuhkan sesuai kemampuan. Dengan uang yang tersisa aku membuat 5 lamaran terakhir hari berikutnya yang aku buat minggu ini sebagai harapan terakhirku setalah lama aku menunggu untuk keberuntunganku. Setelah masing-masing lamaran aku masukan ke dalam amplop coklat aku tata mereka berjajar dengan sedikit melakukan ritual, aku berbicara pada masing-masing amplop berkas tersebut seraya meminta tolong agar mereka membantuku mendapatkan kerja.
Ku imajinasikan mereka adalah lima ksatria terakhir yang aku punya di medan peperangan yang hampir membuatku kalah berantakan, dan kuperintahkan mereka untuk maju Rawe-Rawe lantas Malang-malang Tuntas, setidaknya aku kalah dengan terhormat dan inilah usaha terakhirku dan bila masih juga aku tidak diterima kerja aku anggap aku belum berjodoh dengan kota ini, aku pasrah namun aku tidak menyerah. Lima lamaran dari sisa uang terakhir di atmku aku antar ke lima perusahaan yang berbeda, hotel,perusahaan financial, pelayaran, telekomunikasi dan jasa Office Boy. Setelah aku antar ke masing-masing alamat, sekali lagi hal yang aku lakukan adalah Menunggu………

Kabar baik berhembus 3 hari setelah pengantaran, 3 dari lima lamaran mengundangku wawancara kerja antara lain jasa office boy, jasa finansial dan telekomunikasi. Selanjutnya aku kembali menunggu dengan harap. Satu hari………………….. dua hari………………….

Tiga hari………………….. aku hanya berharap pada keberuntungan kali ini berpihak pada ku…………………….. tujuh hari……………………….. tidak ada kabar, …………………


Dalam benakku aku sudah tidak ada harapan dan akhirnya aku menyerah mungkin aku ditakdirkan untuk pulang, setelah aku menenangkan diri untuk menerima kenyataan, aku penuhi komitmenku untuk mencoba terakhir kalinya. Aku lelah bertarung tanpa asa dan kali ini aku mengakui bahwa idialisku kalah oleh realita waktu.

Aku segera mengirim sms pada rekanku di jawa untuk meminjamkan uang untuk membeli tiket pulang, dan ketika rekanku bersedia dan bertanya bertanya berapa yang ingin aku pinjam….. bersamaan nomer telepon tidak dikenal masuk dalam screen hpku,

Dan ketika aku angkat panggilannya, suara yang pernah aku dengar sebelumnya dalam wawancara berbicara padaku

“Selamat Siang Pak Angga, saya Amri dari Excelcomindo Pratama menyampaikan SELAMAT….bapak bergabung dengan kami besok bisa datang ke kantor kami untuk pelatihan dasar kerja”

Aku terdiam dan hanya mengucapkan terima kasih, setelah aku tutup hpnya aku loncat 3 kali menandai 3 bulan yang aku lewati dengan menunggu…………..ya menunggu dengan sabar keberuntunganku di Kota ini…menunggu tanpa lelah berharap……………aku sadar bahwa kesabaran dan keteguhan membuahkan hasil benar adanya karena aku membuktikan sendiri……………….….

Hari itu adalah hari kamis 26 april 2007- jam 14.38 masih segar dalam ingatanku, hari itulah aku diterima kerja.

Aku berkata sambil menangis dan berlutut….. “NOW I AM REALLY HERE….”


Oleh: ARSagita

1 komentar:

  1. di saat putus asa mulai merajai akal pikiran... di situlah biasanya keberhasilan mendekat... kau sudah berjumpa dengannya kawan... dan bisa jadi pengalaman di tantangan berikutnya...

    BalasHapus