Balada Pengemis

Di sebuah persimpangan jalan yang sering saya lewati menuju rumah, sering saya jumpai seorang anak kecil yang mengemis. Entah mengapa hari ini tiba-tiba saya ingat pada dia. Yang sampai sekarang terus ada adalah perasaan kasihan dan prihatin dengan anak kecil itu.

Pada awal melihatnya, saya benar-benar simpati dan langsung mengambil uang lembaran lima ribu di dompet. Wajahnya sayu dengan mata yang tajam, kaos oblong, tanpa alas kaki duduk di pembatas tengah jalan, dan ketika lampu merah menyala ia langsung berdiri dan mulai mendekati kendaraan satu persatu.

Saya juga sering berdoa agar ia di berikan rezeki yang banyak agar ia tidak jadi pengemis lagi.


Dengan intensitas saya melewati persimpangan itu semakin meningkat dan terlalu seringnya melihat pengemis itu, tiba-tiba rasa kasihan itu memudar berubah menjadi rasa cuek. Hati saya semakin keras. Beberapa kali saya hanya melewatinya begitu saja. Apakah saya sudah berubah menjadi hal yang saya takuti selama ini ? yaitu menjadi orang yang tidak peka terhadap lingkungan sekitar.

Banyak pembenaran yang mengusik nurani ini, bila pengemis itu selalu di beri uang maka dia akan selamanya jadi pengemis karena ia menemukan enaknya jadi pengemis, dengan pasang wajah sayu, pakai baju kumal, dan menengadahkan tangan lalu dapat uang, bukan pembelajaran yang baik. Itu kilah saya.

Saya juga jadi ingat, waktu saya naik mobil sedan bersama pacar, ada pengemis, saya dan pacar mencari uang ribuan di dompet kebetulan tidak ada sama sekali, hanya ada uang seratus perak di dasbor, terpaksa di berikan ke pengemis. Saya terkejut juga, setelah di lihat si pengemis ternyata uang receh lalu ia kembalikan ke pacar saya. Pengemis menolak uang seratus perak. Saya minta maaf sama Tuhan.

Apa pun itu saya tidak ingin kepedulian saya dengan lingkungan sekitar saya terkikis bahkan mati, begitu juga anda kan ?
Lewat pengemis ini pun saya juga bisa ambil pelajaran, kalau memberi seadanya saja karena kita tidak tahu keadaan sebenarnya pengemis itu, dan kalau ingin memberi yang sebesar-besarnya lebih baik ke panti asuhan atau lembaga sedekah yang terpecaya atau kepada orang-orang yang kita benar-benar tahu agar tepat sasaran.

Pengalaman dari tulisan ini semoga memberi pengaruh agar kita peduli terhadap lingkungan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar